Selasa, 01 Oktober 2013

Mulutmu Harimaumu!


Sebagai makhluk sosial, tentu manusia tidak lepas dari interaksi dengan sesama. Siang dan malam kita pasti bertutur kata. Tak satu pun manusia yang bisa hidup tanpa berbicara.

Berbicara merupakan media utama dari seluruh proses interaksi sosial. Baik dan buruknya proses interaksi sosial salah satunya dipengaruhi oleh bagaimana kita bertutur kata. Karenanya, agar apa yang kita ucapkan tidak menjadi boomerang bagi diri sendiri, terlebih-lebih membahayakan orang lain baik di dunia maupun di kehidupan kelak, kita musti cermat dalam berbicara.

Seringkali seseorang berbicara tanpa diawali proses berpikir dan tidak melalui pertimbangan sebelumnya. Tindakan seperti demikian berpotensi akan mengundang masalah baru yang boleh jadi akan terus berkelanjutan, sehingga dapat memperkeruh keadaan dan mengancam tali ukhuwah dengan sesama muslim. Apabila hal ini terjadi, maka tidak ada tempat bagi orang yang berbicara kecuali neraka baginya.


Rasulullah SAW pernah bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba benar-benar mengucapkan kata-kata tanpa dipikirkan yang menyebabkan dia tergelincir ke dalam neraka yang jaraknya lebih jauh antara timur dan barat.” (HR. Bukhari Muslim)

Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berbicara atau diam.” (HR. Bukhari Muslim)


Sepanjang hari, siang dan malam setiap orang pasti berbicara. Dan keesokan harinya pun, manusia akan berbicara dan terus menerus berbicara sepanjang hidupnya.

Mulut manusia ibarat pedang, kata-kata kasar yang terlontar dari mulut kita diumpamakan lebih tajam dari pedang. Karena kesalahan berucap, pada akhirnya dapat mengakibatkan pertumpahan darah dan bahkan kerusuhan massal. Dan bahkan akibat dari ucapan tersebut, terkadang diri sendirilah yang menerima resiko negatifnya, misal saja perlakuan buruk dan bahkan pembunuhan. Iya, Mulutmu Harimaumu! Ibarat kita bermain dengan harimau, maka sangat mungkin harimau tersebut menerkam kita.

Banyak sekali kejelekan dan keburukan yang terjadi dikarenakan lisan. Lisan mencerminkan apa yang ada di dalam hati. Dan di dalam hatilah yang membisikkan sebuah akhlak manusia yang sebenarnya. Wallahu a’alam bishawab.




------
Maka tolong, kerangkeng sejenak harimaunya. Saya takut setiap kali mendengar bunyi aumannya.
Ah, menyebalkan! -_-

19 komentar:

  1. wah makasih mba mengingatkan dengan postingan ini, lebih baik diam atau biacara yang baik dan bermanfaat ya mba..

    BalasHapus
  2. Berbiacara buruk & kotor pada dasarnya mudah dihilangkan, berbicara dusta itu kadang sulit dihilangkan.. :(
    follow me

    BalasHapus
  3. Hai, Danni.
    Makasi atas kunjungannya.. :)

    Iyaaa setidaknya ini alarm buat saya pribadi yang mungkin ngga sengaja sering membuat orang lain sakit hati. Tapi kalo mau jujur, justru malah diri yang sering jadi korban..huks! ;(

    Salam kenal yaa :)

    BalasHapus
  4. Hai, Wahyu.
    Makasi juga sudah berkunjung! :D

    Iyaaa sepakat, sebab dusta itu candu. Sekali seseorang berbohong, maka di kali kedua, kali ketiga dan kali-kalli berikutnya dia pasti akan ketagihan! >.<

    Salam kenal yaa.. :)

    BalasHapus
  5. Hai, Akhmad.
    Makasi atas kunjungannya. Salam kenal yaa :)

    BalasHapus
  6. berbicara dusta juga melalui proses berpikir. :D

    BalasHapus
  7. Hai, Ikhsan! :)

    Iyaa, seperti yang saya tulis diatas. Tindakan seperti demikian berpotensi akan mengundang masalah baru yang boleh jadi akan memperkeruh tali ukhuwah dengan sesama muslim.
    Sebaik-baiknya ucapan adalah kejujuran! :)

    Terima kasih atas kunjungannya. Salam kenal yaa.. :)

    BalasHapus
  8. kunjungan pertama ke sobat2 baru... sy cuman bs bilang muantabssss artikelnya... salam kenal dr sy

    BalasHapus
  9. Hai, Alca. Selamat datang di Senyum Langit :)

    Makasi atas kunjungan dan komennya, salam kenal yaaa.. :D

    BalasHapus
  10. betul sekali. daripada bicara yang tidak ada gunanya. mendingan diam...

    BalasHapus
  11. Apa yang kita keluarkan dari mulut, itulah kita.
    Postingan yang keren, mbak :)

    Waaah, suka langit juga ya?
    sama :)
    Salam persohiblogan ya dari utara pulau Sumatera :D

    BalasHapus
  12. mulutmu harimaimu, mulutmu kualitas dirimu *smile

    salam kenal, folbek ya...

    BalasHapus
  13. Hai Rose atau Hai Dian (bagusnya yang mana? hahah)
    Tapi era sekarang ini jadinya, "Jarimu harimaumu". Soalnya udah gak pakai mulut tapi jari (ngetik-ngetik komentar, status, artikel, dan lain-lain) heheheheh

    BalasHapus
  14. Hai, Senyum! :)

    Iyaaaa sepakat, kadang mulut manusia lebih tajam dari pada pedang! >_<
    Makasi atas kunjungannyaaa, salam kenal Senyum.. :)

    BalasHapus
  15. Hai, mbak Efriyanti :D

    Iyaaa sepakat. Mudahan-mudahan apa yang keluar dari mulut kita adalah kebaikan-kebaikan, kalaupun ada kata-kata yang kurang baik, semoga diingatkan-Nya untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Aamiin :D

    Iya, mbak. Saya pecinta langit dengan keberagaman warna yang dipancarkannya. Sedari kecil selalu bertelepati dengan langit. Alien penuh imaji memang! :D

    Waah tamu jauh Sumatera ternyata. Salam kenal yaa mbak.. :D

    BalasHapus
  16. Hai, Rohis! :D

    Iyaaa, betul, betul, betul !!! :D

    Salam kenal yaa Rohis! :)

    BalasHapus
  17. Hai, Insinyur! :D

    Terserah, mau Rose atau Dian sama-sama sesuai akta kelahiran kok.. :D

    Yeeeee jelas dong ngetik pake jari, tapi kan topik pembahasan, nalar, cerita, isi plus curhatnya kan mengenai 'mulutmu harimaumu'..huks!:p

    Makasi yaa pak Insinyur atas kunjungannya.. :D

    BalasHapus
  18. wah ternyata mulut itu sangatlah berbahaya....

    BalasHapus
  19. Hai, adek SMA! :D

    Iyaaa seperti halnya pisau. Sangat berbahaya jika menggunakannya tidak sebagaimana mestinya. Tapi cukup bermanfaat jika menggunakannya dengan sebaik-baik mungkin! :)

    BalasHapus

Hello!

Kamu Pengunjung Ke :

Rose Dian Jaianti. Diberdayakan oleh Blogger.

Paling Sering Dilihat

Welcome..

Hai, Selamat datang!

Selamat menikmati beragam gradasi warna yang dipancarkan oleh langit..


Resapi warnanya, nikmati pesonanya, dan tersenyumlah! :)

Selamat menikmati..
*\(^O^)/*

 

Gradasi Senyum Langit Design by Insight © 2009