Sebagai
makhluk sosial, tentu manusia tidak lepas dari interaksi dengan sesama. Siang dan
malam kita pasti bertutur kata. Tak satu pun manusia yang bisa hidup tanpa
berbicara.
Berbicara
merupakan media utama dari seluruh proses interaksi sosial. Baik dan buruknya
proses interaksi sosial salah satunya dipengaruhi oleh bagaimana kita bertutur
kata. Karenanya, agar apa yang kita ucapkan tidak menjadi boomerang bagi diri sendiri, terlebih-lebih membahayakan orang lain
baik di dunia maupun di kehidupan kelak, kita musti cermat dalam berbicara.
Seringkali
seseorang berbicara tanpa diawali proses berpikir dan tidak melalui pertimbangan
sebelumnya. Tindakan seperti demikian berpotensi akan mengundang masalah baru
yang boleh jadi akan terus berkelanjutan, sehingga dapat memperkeruh keadaan
dan mengancam tali ukhuwah dengan sesama muslim. Apabila hal ini terjadi, maka
tidak ada tempat bagi orang yang berbicara kecuali neraka baginya.
Rasulullah
SAW pernah bersabda, “Sesungguhnya
seorang hamba benar-benar mengucapkan kata-kata tanpa dipikirkan yang
menyebabkan dia tergelincir ke dalam neraka yang jaraknya lebih jauh antara
timur dan barat.” (HR. Bukhari Muslim)
“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari
akhir, hendaklah dia berbicara atau diam.” (HR. Bukhari Muslim)
Sepanjang
hari, siang dan malam setiap orang pasti berbicara. Dan keesokan harinya pun, manusia
akan berbicara dan terus menerus berbicara sepanjang hidupnya.
Mulut
manusia ibarat pedang, kata-kata kasar yang terlontar dari mulut kita diumpamakan
lebih tajam dari pedang. Karena kesalahan berucap, pada akhirnya dapat
mengakibatkan pertumpahan darah dan bahkan kerusuhan massal. Dan bahkan akibat
dari ucapan tersebut, terkadang diri sendirilah yang menerima resiko
negatifnya, misal saja perlakuan buruk dan bahkan pembunuhan. Iya, Mulutmu
Harimaumu! Ibarat kita bermain dengan harimau, maka sangat mungkin harimau
tersebut menerkam kita.
Banyak
sekali kejelekan dan keburukan yang terjadi dikarenakan lisan. Lisan mencerminkan
apa yang ada di dalam hati. Dan di dalam hatilah yang membisikkan sebuah akhlak
manusia yang sebenarnya. Wallahu a’alam
bishawab.
------
Maka tolong, kerangkeng
sejenak harimaunya. Saya takut setiap kali mendengar bunyi aumannya.
Ah, menyebalkan! -_-
wah makasih mba mengingatkan dengan postingan ini, lebih baik diam atau biacara yang baik dan bermanfaat ya mba..
BalasHapusBerbiacara buruk & kotor pada dasarnya mudah dihilangkan, berbicara dusta itu kadang sulit dihilangkan.. :(
BalasHapusfollow me
Hai, Danni.
BalasHapusMakasi atas kunjungannya.. :)
Iyaaa setidaknya ini alarm buat saya pribadi yang mungkin ngga sengaja sering membuat orang lain sakit hati. Tapi kalo mau jujur, justru malah diri yang sering jadi korban..huks! ;(
Salam kenal yaa :)
Hai, Wahyu.
BalasHapusMakasi juga sudah berkunjung! :D
Iyaaa sepakat, sebab dusta itu candu. Sekali seseorang berbohong, maka di kali kedua, kali ketiga dan kali-kalli berikutnya dia pasti akan ketagihan! >.<
Salam kenal yaa.. :)
Hai, Akhmad.
BalasHapusMakasi atas kunjungannya. Salam kenal yaa :)
berbicara dusta juga melalui proses berpikir. :D
BalasHapusHai, Ikhsan! :)
BalasHapusIyaa, seperti yang saya tulis diatas. Tindakan seperti demikian berpotensi akan mengundang masalah baru yang boleh jadi akan memperkeruh tali ukhuwah dengan sesama muslim.
Sebaik-baiknya ucapan adalah kejujuran! :)
Terima kasih atas kunjungannya. Salam kenal yaa.. :)
kunjungan pertama ke sobat2 baru... sy cuman bs bilang muantabssss artikelnya... salam kenal dr sy
BalasHapusHai, Alca. Selamat datang di Senyum Langit :)
BalasHapusMakasi atas kunjungan dan komennya, salam kenal yaaa.. :D
betul sekali. daripada bicara yang tidak ada gunanya. mendingan diam...
BalasHapusApa yang kita keluarkan dari mulut, itulah kita.
BalasHapusPostingan yang keren, mbak :)
Waaah, suka langit juga ya?
sama :)
Salam persohiblogan ya dari utara pulau Sumatera :D
mulutmu harimaimu, mulutmu kualitas dirimu *smile
BalasHapussalam kenal, folbek ya...
Hai Rose atau Hai Dian (bagusnya yang mana? hahah)
BalasHapusTapi era sekarang ini jadinya, "Jarimu harimaumu". Soalnya udah gak pakai mulut tapi jari (ngetik-ngetik komentar, status, artikel, dan lain-lain) heheheheh
Hai, Senyum! :)
BalasHapusIyaaaa sepakat, kadang mulut manusia lebih tajam dari pada pedang! >_<
Makasi atas kunjungannyaaa, salam kenal Senyum.. :)
Hai, mbak Efriyanti :D
BalasHapusIyaaa sepakat. Mudahan-mudahan apa yang keluar dari mulut kita adalah kebaikan-kebaikan, kalaupun ada kata-kata yang kurang baik, semoga diingatkan-Nya untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Aamiin :D
Iya, mbak. Saya pecinta langit dengan keberagaman warna yang dipancarkannya. Sedari kecil selalu bertelepati dengan langit. Alien penuh imaji memang! :D
Waah tamu jauh Sumatera ternyata. Salam kenal yaa mbak.. :D
Hai, Rohis! :D
BalasHapusIyaaa, betul, betul, betul !!! :D
Salam kenal yaa Rohis! :)
Hai, Insinyur! :D
BalasHapusTerserah, mau Rose atau Dian sama-sama sesuai akta kelahiran kok.. :D
Yeeeee jelas dong ngetik pake jari, tapi kan topik pembahasan, nalar, cerita, isi plus curhatnya kan mengenai 'mulutmu harimaumu'..huks!:p
Makasi yaa pak Insinyur atas kunjungannya.. :D
wah ternyata mulut itu sangatlah berbahaya....
BalasHapusHai, adek SMA! :D
BalasHapusIyaaa seperti halnya pisau. Sangat berbahaya jika menggunakannya tidak sebagaimana mestinya. Tapi cukup bermanfaat jika menggunakannya dengan sebaik-baik mungkin! :)