Bukan
kewajiban, bukan pula keharusan yang musti disanggupi jawabannya. Akan nampak
berat manakala dijadikan beban jika mengingat sifat manusia yang sangat
beragam, maka hanya cukup berbekal kesadaran saja. Namun bukan manusia namanya
jika bukan makhluk pelupa. Maka biarkan ini menjadi PR baginya, bagi mereka,
dan bagi kita –terlebih bagi saya–! (-__-“)
Hei,
kalian paham tidak dengan materi PR-nya? Hmmph iya, PR terbesar abad ini adalah
belajar bagaimana mengembalikan fitrah ‘Bismillahirahmanirrahim’
itu sendiri ke dalam ruh kita. Dalam sebuah perenungan yang cukup panjang, entah
mengapa tiba-tiba saja diri diingatkan kembali pada sebuah lafal-Nya yang
memiliki arti ‘Dengan Menyebut Asma Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha
Penyayang’ ini.
Kita
sering kali mendengarkan lafal ini, bahkan sebagai orang muslim kita sesering
mungkin melafalkannya dalam keseharian kita terutama ketika hendak memulai
sesuatu. Namun yang menjadi PR besar, kita terlalu sering melupakan bahkan
mengaplikasikan makna yang terkandung di dalamnya.
Lalu,
apa yang dimaksud dengan ‘Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang’? Bisakah manusia
mengaplikasikannya dalam kehidupannya? Kalau pun sanggup, mungkin tidak akan
pernah ada kata sempurna di dalamnya. Namun setidaknya, hal ini adalah jauh
lebih baik dari pada tidak pernah berusaha untuk mencoba menerapkannya, bukan?
Setiap
manusia pasti tidak ingin dirugikan dalam hidupnya. Namun adakalanya harapan
itu tidak sesuai dengan kenyataannya. Siklus hidup selalu berputar, demikian
dengan pemenuhan harapan-harapan itu. Mungkin di suatu waktu, tanpa kita minta
dan inginkan, kita pernah disakiti, dikhianati, dikecewakan, dicemooh,
dimusihi, dikucilkan, dibenci, dan lain sebagainya. Dan ketika dihadapkan
dengan situasi dan kondisi semacam ini, tak jarang dari kita yang justru sering
kali melakukan hal yang sama tidak baiknya terhadap pihak lawan. Bahkan
sesekali kita sering memprotes ketetapan Tuhan. Mungkin wajar, sebab manusia
adalah makhluk perasa.
Mungkin
tanpa disengaja, hal serupa pernah diri alami. Ketika dalam kondisi dimana Tuhan
sedang menguji diri dengan cara yang –mungkin– kurang disukai, justru diri
lebih sering memprotes keadaan ketimbang bersyukur dan menerima ujian-ujian-Nya.
Ah, setan memang topeng penuh muslihat. Selalu saja dapat mengelabuhi manusia
dengan beragam cara! (>,<)
Dan
cara jitu untuk kembali kepada fitrah ‘Bismillahirahmannirrahim’
tadi, dimana manusia disadarkan untuk memanut sifat Tuhan yang penuh pengasih
dan penuh penyayang. Menerima, memaafkan, menyayangi, mencintai, menyantuni,
dan lain sebagainya. Seruan ini pun juga tak semudah membalikkan kedua telapak
tangan. Namun bukankah Tuhan Yang Maha Mendengarkan akan mengamini setiap
niatan-niatan kebaikan? Lalu mengapa musti meragu? Sebab ikhlas tak serumit
pengaplikasiannya, jika sebagai manusia yang berakal, kita memahami hakikat semua
ini teruntuk siapa. Iya, siapa lagi kalau bukan semata karena-Nya.. :)
-----
Aaah, bahagianya jika dapat
menuntaskan PR terbesar abad ini.
Hei diri, kau sanggup tidak melakukannya?
*Bismillah..
La Haula Wala Quwwata Illa Billahil Aliyil Adzim.. :)
Wah
BalasHapusBerat Banget kak
Comment Balik ya kak :*
Subhanallah , .. Tulisan sobat sangat mengagumkan ...
BalasHapusSemangat pasti sanggup dan bisa :)
BalasHapusbagus
BalasHapusHai, Alvin.
BalasHapusIyaaa cukup berat, melihat setan siap menerkam dari berbagai sisi. Tapi tenang saja, bukankah Tuhan selalu mengamini niatan-niatan kebaikan? Bismillah saja, he.. :)
Terima kasih atas kunjungannya. Salam kenal yaa.. :)
Hai, Ranup!
BalasHapusIyaaa ngalir saja setelah melakukan perenungan yang cukup panjang, he. Terima kasih sudah sudi membacanya.
Salam kenal yaa.. :)
Hai, Irfan!
BalasHapusIyaaa...mari bersemangat dalam kebaikan, he.
Makasi atas kunjungannya :D
Hai, Sigit!
BalasHapusTerima kasih atas kunjungannya. Salam kenal yaa.. :)
Berat juga ya -_-
BalasHapusEsensi makna Ar-Rahman dan Ar-Rahim sebenarnya lebih dalam dari hanya sekadar pengasih dan penyayang. senang berkenalan denganmu. salam, :)
BalasHapusHai, Fahmi.
BalasHapusIyaaa...mari sama-sama mencoba, Bismillah saja! :)
Terima kasih atas kunjungannya. Salam kenal yaaaa.. :)
Hai, Lutfi.
BalasHapusNah, itu yang saya maksudkan. Penyayang dan Pengasih yang seperti apa? Ini yang menjadi PR. Ketika manusia sedang berada pada kondisi yang kurang menyenangkan, katakanlah seperti yang saya sebutkan diatas; disakiti, dikhianati, dikecewakan, dicemooh, dimusihi, dikucilkan, dibenci, dan lain sebagainya, justru manusia diingatkan kembali untuk memanut sifat Tuhan yang penuh Pengasih dan penuh Penyayang, yakni; menerima, memaafkan, menyayangi, mencintai, menyantuni, dan sebagainya. Nah, ketika manusia sanggup melakukannya dengan dilandasi rasa 'ikhlas' semata karena-Nya, dari sini pula pemenuhan esensi Ar-Rahman dan Ar-Rahim tadi terjawab; kembali pada fitrah 'Bismillahirahmanirrahim' itu sendiri. Berat dan sulit memang, mengingat sifat manusia yang selalu mengedepankan egonya. Namun sekali lagi, bukankah Dia Maha Mendengar dan selalu mengamini niatan-niatan kebaikan para hamba-Nya? Bismillah sajaaa, he.. :)
Terima kasih atas sharenya. Salam kenal yaa.. :)
Terima kasih infonya, sangat bermanfaat, penjelasannya sangat menarik sekali
BalasHapusga mau komentar artikel, udah banyka yg bilang bagus :D
BalasHapusblognya keren bgt :3
tapi ikan2 dibawah itu kaya ngerusak pemadangan ya -___-
Hai, Aldi.
BalasHapusIyaa sama-sama, terima kasih sudah mau membacanya :)
Salam kenal yaaa.. :)
Hai, Andre!
BalasHapusHehe, ini ceritanya salah satu hasrat saya ingin pelihara ikan tapi belum terealisasikan sampai sekarang. Makanya saya pelihara ikan-ikan ini di pekarangan saya, di bawah langit dan diantara catatan perjalanan saya. Ikannya hidup karena dia selalu bergerak, hemat karena entah dari mana dia bisa menghidupi dirinya tanpa musti saya beri mereka makan, he.. :D
Terima kasih sudah berkunjung. Salam kenal yaa.. :)
sangat bermanfaat sekali artikelnya mbak, thanks :D
BalasHapusHai, Ari.
BalasHapusAlhamdulillaaah.. Makasi atas kunjungannya. Salam kenal yaa.. :)
iya bner mbak....
BalasHapussepakat dengan tulisannya :D
Hai, Lulu.
BalasHapusHehe, terima kasih sudah komen. Salam ukhuwah yaa! :)
wah, bagus banget ini, membuat orang refleksi ke dirinya sendiri lagi :) saya tunggu kunjungan baliknya ke blog saya di www.blogalague.com ya :)
BalasHapusHai, Farid.
BalasHapusIyaaa terutama bisa jadi bahan refleksi bagi penulisnya, he.
Terima kasih atas kunjungannya. Salam kenal yaa.. :)
Assalaamualaikum Mbak Rose Dian Jaianti, Salam kenal
BalasHapusKetika saya dan bagi kebanyakan orang, ketika lapar kemudian ada yang memberi saya makanan, saya tidak pernah menolaknya. Saya dengan amat sangat senang hati menerima dan langsung memakannya. Maksud saya, ketika kita lapar, tindakan yang paling tepat adalah makan. Mudah bukan ? Ketika kita ngantuk, pergi tidur adalah tindakan yang paling tepat pula.
Ketika ada yang meminjam motor, katakanlah yang meminjamnya adalah orang yang kita kenal. Sayangnya, orang itu mengembalikan motor itu dalam keadaan rusak karena kecelakaan. Rusak parah. Orang itu hanya meminta maaf tanpa membantu memperbaiki. Bagi saya sendiri, besar kemungkinan saya kecewa. Bahkan marah.
Jika saya ingin menjadi orang yang sabar dan ikhlas, maka memaafkan orang itu, ikhlas dan sabar, adalah tindakan yang paling tepat dan selaras dengan keinginan saya [menjadi orang sabar dan ikhlas] Tapi akan berat karena saya masih belum terbiasa ikhlas dan sabar.
Saya harus membiasakan diri untuk bertindak sesuai dengan keinginan hati. Jika sudah terbiasa, akan terasa nikmat bak makan ketika merasa lapar, bak tidur ketika ngantuk.
Terima kasih Mbak Rose, atas tulisannya.
Wassalaamualailum
:)
Hai, bang Acang.
BalasHapusNah, itu yang saya maksudkan. Sulit memang mengingat manusia penuh nafsu, namun jika belajar untuk membiasakannya Insya Allah bukan menjadi PR lagi, melainkan tugas harian yang sebenarnya kita sudah paham bagaimana cara menyelesaikannya. Benar kata, bahwa 'Bismillahirahmanirrahim' tidak sesederhana pengertiannya. Semoga kita sama-sama bisa belajar mengaplikasikannya. Aamiin.. :)
Terima kasih atas sharenya, salam kenal yaa bang! :)
Ayo bersyukur lagi :)
BalasHapusBW pagi hari ^^
Hai, mbak Titis.
BalasHapusMari sama-sama belajar mensyukuri nikmat-Nya dalam bentuk apapun!:)
Terima kasih sudah berkunjung. Salam kenal yaa.. ;)
wah.. tulisannya bagus..enak dibaca.. tapi berat bagiku..
BalasHapusterlalu tinggi..
salam kenal ukhty..
aku sudah follow blogmu.. follow back ya..
www.makruf.com
Hai, Agha.
BalasHapusHehe, mengalir kok. Cukup dipahami saja.. :)
Makasi sudah berkunjung. Salam kenal yaaa.. :)
nice artikel mba...
BalasHapusbermakna banget
Hai, Yudhaz.
BalasHapusAamiin...semoga. Makasih yaa atas kunjungannya.. :)
berat banget tulisannya, tapi keren!
BalasHapusjangan lupa berkunjung keblog saya adityabwardana.blogspot.com
Hai, Adit.
BalasHapusMakasi yaaa kunjungannya, he.. :)
renungan yang pas dibaca pagi2, heuehu..
BalasHapusHai, mbak Dzarfah! :)
HapusWaaah terima kasih telah menyempatkan diri mampir ke Senyum Langit. Salam kenal yaa mbak.. :D
Nice dh mas..
BalasHapusMantep, Lumayan mas buat nambah pngetahuan ane :)
Skalian blogwallking yuk mas..
K'sini mas...
http://thalp0uz.blogspot.com
Ditunggu coment backnya :)
Hai, pak Edwin! :)
HapusHuaaaa, saya perempuan, pak. Bukan 'mas'.. :D
Terima kasih atas kunjungannya. Salam kenal :)
sipppppppp,,,,,
BalasHapusMakasi Arafat, sudah mampir ke Senyum Langit.. :D
Hapus