“Pikirkan,
putuskan, dan lakukan! Karena Tuhan tidak akan pernah membiarkan para hamba-Nya dalam
kesesatan yang nyata kecuali mereka tidak mau berusaha dan mendekati-Nya..”
–Rose Dian Jaianti–
Bukan
sekedar tentang keputusan iya atau tidak. Bukan hanya sekedar zona hitam dan
putih. Benar kata, bahwa hidup musti punya alur, punya tujuan. Dan akan selalu ada
desakan manakala berkutat pada zona abu-abu. Yaaah, itu wajar.
Tapi
hei, bukankah hidup adalah sebuah pilihan? Maka biarkan diri untuk
memutuskannya. Baik tidaknya adalah efek, namun yang menjadi nilai plus adalah bagaimana
nantinya kita akan diingatkan kembali bahwa manusia musti punya sikap dan berani
bertanggung jawab atas apa-apa yang sudah dipilihnya. Sebenarnya ini tidak lain adalah bagaimana proses pendewasaan diri, jika kita mau belajar untuk bijak.
DEWASA.
Bukan perkara usia yang sudah tidak belasan tahun lagi. Juga bukan bagaimana
semustinya manusia bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Namun bagaimana
si manusia tadi berani mengambil sikap dan bertanggung jawab atas segala
konsekuensi dari sebuah keputusan yang diambilnya; baik tindakan, fikiran, maupun lisan.
Jika
disinggung mengenai baik dan buruknya sebuah keputusan, lalu baik dan buruk versi
siapa? Lagi-lagi kesemuanya itu adalah efek. Hal demikian, akan berdampak baik bagi si subjek manakala keputusan itu sesuai dengan asanya. Namun sebaliknya, akan nampak terlihat kurang baik bagi
si objek manakala asanya tidak bisa terealisasikan.
Namun
kembali lagi, ini bukan perkara hukum baik atau buruknya sebuah keputusan, mengingat
yang namanya kebaikan tidak dapat dijangkakan hanya dalam kurun waktu
hitungan hari saja, namun akan berkelanjutan hingga di hari kemudian. Karena sebanyak
dan sebesar apapun kebaikan-kebaikan yang sudah dilakukan, akan menjadi teramat
sensitif manakala keburukan itu datang secara tiba-tiba, tanpa diharapkan,
tanpa diundang, tanpa diinginkan kehadirannya. Seperti yang pepatah katakan, karena
nila setitik rusak susu sebelanga. Dan hal semacam ini pasti tidak kita inginkan kehadirannya! >,<
Iya,
mengerikan memang. Jika karena hal sepele saja, nantinya akan merusak kebaikan-kebaikan
yang sudah tertimbun. Hidup tidak selulu dan melulu tentang benar dan
salah saja. Sebab sekuat apapun niat kita dalam kebaikan pasti
akan ada kesalahan-kesalahan yang mungkin secara tidak sengaja kita perbuat. Atau
dalam efek kesalahan tadi, bisa jadi ada nilai-nilai kebaikan yang sebelumnya
tidak dapat dinyana oleh nalar kita. Hei, makhluk mana coba yang berani lancang
menerka-nerka dan memastikan akan ketetapan-Nya? Kecuali dia adalah peramal
kelas mama Lauren yang berkoar-koar menafsirkan terjadinya kiamat pada Desember
2012 silam. Nyata, semuanya hanyalah soal terka-menerka saja! (-__-“)
Tapi
ini bukan. Ini bukan tentang bagaimana diri belajar untuk menjadi penerus mama Lauren
yang suka seenak jidat dalam menerapkan teori interpretasi pada rahasia Tuhan. Atau tentang
hukum baik dan buruknnya sebuah efek suatu keputusan yang kemudian lantas akan menyalahkan takdir Tuhan. Bukan itu, sama sekali bukan. Ini hanya tentang
bagaimana diri berani mengambil sikap dan konsekuensi yang akan dijalani
manakala keputusan itu telah diambil. Meski pada akhirnya akan berimbas pada efek
tadi; baik dan buruk.
Menjadi
manusia egois memang sulit untuk dipahami oleh kebanyakan orang. Manusia memang
lebih suka berseru, mengomentari, dari pada berusaha memahami bagaimana
wacananya terlebih dahulu. Karena itu, tuduhan egois akan selalu tertuju pada si subjek pelakunya. Bukankah manusia memiliki caranya tersendiri dalam bertindak?
Maka biarkanlah, biarkan diri yang memutuskan seperti apa dan bagaimana ‘baik
dan buruknya’ yang selalu orang lain loncengkan itu. Jika alarm diri masih
berfungsi dengan baik, maka biarkan saja diri menjadi nahkoda dalam kapal sendiri. Bukankah itu –terlihat– lebih asyik? ;)
Berbicara
baik dan buruk dari sebuah keputusan tidak akan ada habisnya, jika kita enggan untuk
melihat dan memahami bagaimana konteks permasalahannya. Karena yang mengetahui tetek
bengek akar permasalahannya bukan mereka atau orang lain, melainkan diri kitalah
yang tahu seperti apa wacana sebenarnya. Dan tenang saja, ketika kalian sulit
untuk menjatuhkan kepercayaan kepada makhluk Tuhan, satu hal yang musti kalian yakini adalah bahwa hanya Tuhan lah yang akan dengan siap dan terbuka untuk selalu menerima dan
memahami setiap keluhan para hamba-Nya. Lalu mangapa musti meragu? Pikirkan, putuskan,
dan lakukan! Karena Tuhan tidak akan pernah membiarkan para hamba-Nya dalam kesesatan
yang nyata kecuali mereka tidak mau berusaha dan mendekati-Nya.. :)
------
Hai, diri. Sudah kau
dapatkan jawabannnya?
"Cukuplah tiada selain
kecuali Dia semata. Jika Dia sudah berkehendak, 'Jadilah, maka jadilah sesuatu
itu!'. Sebab Dia tidak akan membiarkan para hamba-Nya dalam kesesatan yang
nyata jika mereka mau berusaha dan mendekati-Nya.. :)
Ah, sudah malam.
#hoaaam.. (-___-“!)
#hoaaam.. (-___-“!)
Siiip! Begitulah pembelajaran hidup. Belajar memutuskan sesuatu, dan belajar setia menjalaninya.
BalasHapusHai, bang bro! :)
BalasHapusIyaa sudah dewasa, sudah musti bisa bersikap dan bertanggungjawab atas segala konsekuensinya. Dan terima kasih sudah diingatkan satu point plusnya, "Komitmen" terhadap apa yang sudah diputuskan! :)
Terima kasih bang atas kunjungan dan komennya! :D
sepakat sekali mbak rose.. saya jadi makin percaya diri untuk mengambil keputusan. terima kasih untuk tulisan yg mencerahkan, :)
BalasHapusWoow!! dewasa . .Yg mempengarui dewasa atau gaknya seseorang klo buat ane sih, di awali atau di dpt dari pengalaman dr perjalanan hidup dia sndiri . .#CMIIW .
BalasHapusMantaf, selalu berusaha untuk berbuat baik dan biarlah orang menilainya. Dan jika tidak ada yg mau menilainya Allah pasti menilai dan memberi balasan.
BalasHapusSalam kenal dari Tangerang
Allah akan terbuka menerima segala permintaan dan keluh kesah para hambanya.
BalasHapusHai, Damae.
BalasHapusTerima kasih atas kunjungannya. Alhamdulillaaah kalo bermanfaat. Sebenarnya ini pergulatan otak saya, alamr buat diri sendiri, he.
Ayoooooo semagaaat semangaaat! *\(^o^)/*
Semua atas kehendak ALLAH SWT.
BalasHapusBahkan jika orang melihat kelebihan-
kelebihan atau kebaikan kita, DIA menutupi keburukan-keburukan kita.
Salam dari Bali
Hai, bang Shigit! :)
BalasHapusIya sepakat, belajar dari sebuah pengalaman, dan pastinya musti berani mengambil sikap dan tanggung jawab atas segala konsekuensi baik dari apa yang telah diperbuat, difikiran, maupun diucapkan, agar nantinya tidak selulu dan melulu berutat pada lubang yang sama.. :)
Terima kasih bang atas kunjungannya.. :D
Hai, menujuramadani! :D
BalasHapusIyaaaaaa..sepakat. Pikirkan, putuskan, dan lakukan! Hasil akhir biarlah menjadi rahasia-Nya. Yang terpenting berani 'tanggung jawab' atas apa yang sudah diputuskan! :)
Asal niat dan prosesnya bersih! :D
Makasi yaa sudah berkunjung. Salam kenal :)
Hai, Yitno.
BalasHapusIyaa, itu bukti bahwa Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang! :)
Terima kasih atas kunjungannya. Salam kenal yaa Yitno! :)
Hai, Revan!
BalasHapusTerima kasih atas kunjungannya. Salam kenal yaa :)
Hai, Pendar Bintang! :)
BalasHapusIyaaaa, sepakat sekali. "Maka nikmat Tuhan kamu yang mana lagi kah yang kamu dustakan?"
*serasa tertampar kalo ayat inget ini >,<
Terima kasih atas kunjungannya. Salam kenal yaa bli :D
Kenapa baru sekarang saya nyasar di blog ini? KEREEEN...! Ijin follow yaaa...!
BalasHapusSalam blogger ... ;)
Hai, Siraul :)
BalasHapusHehe, syukur bisa nyasar kesini. Biar nambah teman lagi, he :D
Makasih sudah gabung.
Salam kenal yaaa.. :)
ikutan nyasar disini ah.
BalasHapusHai, Zhin Chu!
BalasHapusSelamat datang di Senyum Langit. Salam kenal yaa.. :)
Intinya harus tetap berhati-hati dalam langkah dan keputusan :D
BalasHapusHai, Arie.
BalasHapusIya, iya, bisa jadi, bisa jadi :D
Makasi atas kunjungannya. Salam kenal yaa.. :)
Harus fikir panjang dalam mengambil keputusan yah :)
BalasHapusoke deh --"
thanks artikel nya :D
Hai, Jundi :)
BalasHapusBerfikir juga perlu, namun bukan seberapa lama atau tidaknya keputusan itu diambil. Karena yang musti ditekankan adalah bagaimana kita mengambil sikap dan berani bertanggung jawab atas apa-apa yang sudah diputuskan. Benar-salah adalah proses pembelajaran. Namun, bukan berarti memberi ruang untuk berlaku tidak benar, bukan itu. Bukankah pada akhirnya berproses akan membuat kita semakin matang? Pikirkan, putuskan, dan lakukan! ;)
Kalo kepanjangan bisa jadi kereta api dong! :D
Makasi atas kunjungannya. Salam kenal yaa, Jundi :D
KERENN :)) follback kak http://oonbe.blogspot.com/
BalasHapusBetul sekali, saya setuju, penjelasannya sangat menarik :)
BalasHapusHai, Bayu.
BalasHapusTerima kasih atas kunjungannya. Salam kenal yaa.. :)
Hai, bang Aldi.
BalasHapusMakasi juga sudah sedia membacanya. Salam kenal yaaa.. :)