Kamis, 03 Oktober 2013

Angkat Dagu!


Lalu apa kiranya yang bisa dibanggakan dari seonggok daging yang asal-muasalnya dari air hina yang kemudian diamanahkan menjadi khalifah di semesta alam ini jika tidak untuk berbuat kebaikan dan mencegah kepada keburukan?

Dan apa kiranya pula yang dibanggakan dari diri yang begitu papa ilmu dan iman, sementara nafsu selalu menyeru untuk mengangkat dagu dan membeberkan segala tetek bengek yang sebenarnya –kalau mau sadar– tak ada hak apapun didalamnya, melainkan ‘hanya sebatas amanah’? 


Ah, sudah biasa memang, bukan manusia namanya kalau tidak sombong kan? >.<


“Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air mani, maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata”. [QS. Yaasiin:77]

“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung”. [QS. Al-Isra’:37]

“Dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) akan berkumpul menghadap ke hadirat Allah, lalu berkatalah orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang sombong: “Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan dari pada kami azab Allah (walaupun) sedikit saja? Mereka menjawab: “Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri”. [QS. Ibrahim:21]


Kesombongan diibaratkan seperti ketika seseorang berada di atas puncak gunung. Ketika dia melihat ke bawah, hanya dirinyalah yang berada di posisi paling tinggi diantara orang-orang yang berada dibawahnya. Padahal sejatinya, mereka yang berada di puncak tidak lain hanya terlihat seperti biji kacang dari bawah sana. Bahkan tubuh mereka pun tidak nampak, menyatu dengan bebatuan.

Sifat sombong beranjak dari perasaan lebih ketika dihadapkan pada kepemilikan orang lain. Padahal jika mau sadar, sebenarnya kesemuanya ini hanyalah titipan belaka, tidak kekal. Namun nyata, manusia memang haus akan puji dari pada berbagi.. >,<

Hei, tidakkah kau sadar bahwa ada segelintir orang yang merasa tergangngu dengan kerasnya gong-gonganmu? Maka lembutkanlah seruanmu. Sebab kau tidak akan pernah tahu seberapa banyak orang yang mengagumi sikap santunmu jika kau menguncinya rapat-rapat. Dan kau, juga tidak akan pernah menduga seberapa banyak orang yang akan mengenangmu kelak karena bijakmu itu.



------
“Hei diri, kau juga musti membungkamnya rapat-rapat. Kau tahu kan bagaimana rasanya menikmati petir yang tak pandang waktu?”

#huks..menyebalkan! >_<

8 komentar:

  1. yang begini saya suka, menggunakan tulisan untuk menyindir mereka yang merasa paling hebat.bagus bagus :)

    BalasHapus
  2. wah mantap mbak, ini tulisan yang bagus,, tertampar bolak balik muka sya melalui tulisan ini, banyak menyadarkan,, terima kasih,,
    sampai kapanpun dan bagaimanapun keadaannya tetap tidak di benarkan untuk berlaku sombong kepada siapapun,, lah wong setelah ini kita semua sama pasiti pada mati dan masuk kubur, nah apa lagi yg mesti di sombongkan,,
    oce mbak, perdana komeng di sini,, bagus blognya dan musiknya enak banget dengernya,, :D,, blognya saya follow mbak,,

    BalasHapus
  3. Hai, Adit.

    Ini sebenarnya juga alarm buat saya yang terkadang mungkin ngga sadar sering melakukannya.. >,<

    Terima kasih atas kunjungannya! :)

    BalasHapus
  4. Hai, Meitri :)

    Makasi yaa sudah mau berkunjung di pekarangan saya.. :D

    Iyaaa sepakat, gerah rasanya sama seonggok daging yang sering membeberkan dunianya yang sok super 'wow'. Ini bukan masalah iri tidaknya, hanya saja koarannya selalu tidak pada tempat...ah, sudahlah! >,<

    Salam kenal yaa, Meitri :)

    BalasHapus
  5. sip dah, sombong cuma milik Tuhan, sampe hari juga masih cari2 maksud jadi khalifah di muka bumi,,,

    btw, backsoundnya judulnya apa ????

    BalasHapus
  6. Hai, Simpel.
    Backsound musik blog saya saat ini adalah OST. Full House, judulnya I Think I Love U.. :D

    BalasHapus
  7. Bahkan kita jauh lebih hina dari sebutir debu,...
    Dan,.. menjadi lebih hina lagi ketika menghinakan diri dengan memuja-muja makhluk,... padahal hanya Allah yang patut dipuja =)

    BalasHapus
  8. Hai, Fadli.

    Iyaaa. Hanya Allah yang patut dipuja. Mungkin kalau pun pernah memuji makhluk, itu tidak lain hanya sebatas rasa kagum.
    Nah, yang lebih parah kalau makhluknya yang haus akan pujian. Ah, menyebalkan! >,<

    Terima kasih sudah berkunjung. Salam kenal yaa.. :)

    BalasHapus

Hello!

Kamu Pengunjung Ke :

Rose Dian Jaianti. Diberdayakan oleh Blogger.

Paling Sering Dilihat

Welcome..

Hai, Selamat datang!

Selamat menikmati beragam gradasi warna yang dipancarkan oleh langit..


Resapi warnanya, nikmati pesonanya, dan tersenyumlah! :)

Selamat menikmati..
*\(^O^)/*

 

Gradasi Senyum Langit Design by Insight © 2009