Sabtu, 13 Juli 2013

Menikmati Hujan


Senangnyaaaa...dapat kembali mendengar rerintikan hujan di balik jendela kamar. Subahanallah ini yang paling aku sukai. Tentang hujan dan rentetan apapun yang berkaitan dengannya. Air; aroma tanah basah; langit; angin; kendaraan yang menepi; payung; jas hujan; orang-orang kedinginan; tukang becak; dentuman pasukan katak; kenangan, dan segala nikmat Tuhan.

Selalu ada jeda untuk mengkaji apa saja yang sedang berseliweran di otak ketika hujan datang. Ya, apa saja. Kali ini diri ingin menikmati aromamu bukan dengan menyapamu barang berbasah-basahan di atas genteng. Atau barang menghangatkan diri di balik selimut yang tebal lagi lembut. Kali ini aku juga tak ingin menikmatimu hanya dengan sekedar duduk santai sambil menyeruput segelas cokelat hangat. Ya, kali ini aku hanya ingin membersamaimu sambil bersenam jari di atas keyboard netbook miniku sambil menuangkan apa saja yang berkecamuk dalam benak. Tapi kau tenang saja, kali ini otakku bertemperatur 20ºC. Benar, sesejuk aromamu! :)

Ah, kau. Iya, kau. Kau membuatku kehabisan kata-kata mengendus aromamu. Aku memang tak pandai menjabarkan perangaimu. Aku juga tak peduli bagaimana mereka menghujatmu, bagaimana mereka meratapimu, bagaimana mereka bahagia karenamu, bagaimana mereka bersyukur karena hadirmu. Peduli apa? Maaf, untuk saat ini ijinkankan aku sedikit egois tentangmu. Sedikit egois untuk ku jilati aromamu. Biarkan kali ini jemariku menuliskan tentang kita. Iya, tentang kau dan aku. Hmmph atau, bagaimana jika ku libatkan orang ketiga, keempat, kelima, atau kesekian agar tak nampak egois bagimu, begitu? Ah, sudahlah.

Sebagai pecandumu, aku terlalu dungu memberi alasan mengapa diri begitu menyukai mu, hujan. Yang diri tahu, kau dapat membangkitkan beribu kenangan. Kau dapat membuat diri bahagia dan tersenyum dalam dingin. Kau dapat membersamai para malaikat dari langit untuk mengamini setiap panjatan doa supaya terkabuli. Dan kau, kau juga dapat membuat diri mengimajinya yang telah mengajarkan diri pada nikmat Tuhan. Ya, mudah-mudahan saja dia paham salam diri lewat bahasa hujan.







--------
Hmmph, dia paham tidak ya?

Ah, biar nanti ku tanyakan dulu pada Tuhan.. (-_-")

10 komentar:

  1. lucu mba blognya...

    di tunggu ya follbacknya

    BalasHapus
  2. Hai, Lutfi.

    Terima kasih sudah sedia mendengarkan racauan saya. Salam kenal yaaa.. :D

    BalasHapus
  3. Hai, Yudhaz.

    Iyaaa selucu kamu! :D
    Terima kasih kunjungannya yaa..salam kenal :)

    BalasHapus
  4. Manis sekali sayang .. salam kenal buatmu :)
    salam silaturahmi n kujungan balik :) orangbiasaji

    keep blogging :D

    BalasHapus
  5. hujan memang mampu meresonansikan kenangan. Itu menurut penelitian.

    BalasHapus
  6. ^
    ||
    ||

    Yang itu bukan, orangnya, hehehe…!

    *Keren, Mba’…!

    BalasHapus
  7. Hai, bang Kataucheng.

    Terima kasih atas kunjungannya, salam kenal yaaa.. :)

    BalasHapus
  8. Hai, Pita! :D

    Jika begitu saya adalah salah satu orang yang mengamini riset itu, he..
    Makasi kunjungannya Pitaaaa.. :D

    BalasHapus
  9. Hai, Siraul.

    Waaah saya takut dengan manusia laba-laba, haha :D
    Makasi komennyaaa :)

    BalasHapus

Hello!

Kamu Pengunjung Ke :

Rose Dian Jaianti. Diberdayakan oleh Blogger.

Paling Sering Dilihat

Welcome..

Hai, Selamat datang!

Selamat menikmati beragam gradasi warna yang dipancarkan oleh langit..


Resapi warnanya, nikmati pesonanya, dan tersenyumlah! :)

Selamat menikmati..
*\(^O^)/*

 

Gradasi Senyum Langit Design by Insight © 2009