.jpg)
Senangnyaaaa...dapat
kembali mendengar rerintikan hujan di balik jendela kamar. Subahanallah ini yang
paling aku sukai. Tentang hujan dan rentetan apapun yang berkaitan dengannya.
Air; aroma tanah basah; langit; angin; kendaraan yang menepi; payung; jas
hujan; orang-orang kedinginan; tukang becak; dentuman pasukan katak; kenangan,
dan segala nikmat Tuhan.
Selalu ada jeda
untuk mengkaji apa saja yang sedang berseliweran di otak ketika hujan datang. Ya,
apa saja. Kali ini diri ingin menikmati aromamu bukan dengan menyapamu barang berbasah-basahan
di atas genteng. Atau barang menghangatkan diri di balik selimut yang tebal
lagi lembut. Kali ini aku juga tak ingin menikmatimu hanya dengan sekedar duduk santai
sambil menyeruput segelas cokelat hangat. Ya, kali ini aku hanya ingin
membersamaimu sambil bersenam jari di atas keyboard netbook miniku sambil
menuangkan apa saja yang berkecamuk dalam benak. Tapi kau tenang saja, kali ini
otakku bertemperatur 20ºC. Benar, sesejuk aromamu! :)
Ah,
kau. Iya, kau. Kau membuatku kehabisan kata-kata mengendus aromamu. Aku memang tak pandai menjabarkan perangaimu.
Aku juga tak peduli bagaimana mereka menghujatmu, bagaimana mereka meratapimu,
bagaimana mereka bahagia karenamu, bagaimana mereka bersyukur karena hadirmu. Peduli
apa? Maaf, untuk saat ini ijinkankan aku sedikit egois tentangmu. Sedikit egois
untuk ku jilati aromamu. Biarkan kali ini jemariku menuliskan tentang kita. Iya,
tentang kau dan aku. Hmmph atau, bagaimana jika ku libatkan orang ketiga, keempat, kelima, atau kesekian agar tak nampak egois bagimu, begitu? Ah, sudahlah.
Sebagai
pecandumu, aku terlalu dungu memberi
alasan mengapa diri begitu menyukai mu, hujan. Yang diri tahu, kau dapat membangkitkan
beribu kenangan. Kau dapat membuat diri bahagia dan tersenyum dalam dingin. Kau dapat membersamai para malaikat dari langit untuk mengamini setiap panjatan doa
supaya terkabuli. Dan kau, kau juga dapat membuat diri mengimajinya yang telah mengajarkan
diri pada nikmat Tuhan. Ya, mudah-mudahan saja dia paham salam diri lewat bahasa hujan.
--------
Hmmph, dia paham
tidak ya?
Ah, biar nanti ku tanyakan dulu pada Tuhan.. (-_-")
Keren tulisannya..
BalasHapus:D
lucu mba blognya...
BalasHapusdi tunggu ya follbacknya
Hai, Lutfi.
BalasHapusTerima kasih sudah sedia mendengarkan racauan saya. Salam kenal yaaa.. :D
Hai, Yudhaz.
BalasHapusIyaaa selucu kamu! :D
Terima kasih kunjungannya yaa..salam kenal :)
Manis sekali sayang .. salam kenal buatmu :)
BalasHapussalam silaturahmi n kujungan balik :) orangbiasaji
keep blogging :D
hujan memang mampu meresonansikan kenangan. Itu menurut penelitian.
BalasHapus^
BalasHapus||
||
Yang itu bukan, orangnya, hehehe…!
*Keren, Mba’…!
Hai, bang Kataucheng.
BalasHapusTerima kasih atas kunjungannya, salam kenal yaaa.. :)
Hai, Pita! :D
BalasHapusJika begitu saya adalah salah satu orang yang mengamini riset itu, he..
Makasi kunjungannya Pitaaaa.. :D
Hai, Siraul.
BalasHapusWaaah saya takut dengan manusia laba-laba, haha :D
Makasi komennyaaa :)