Manusia tidak boleh melanggar tapal batas moralitas dan taqwa demi meraih keuntungan material. Sebab biasanya kecenderungan material timbul dari keserakahan yang tak terkendali. Manusia yang serakah memang tak pernah puas dengan kegelimangan harta dunia. Sama halnya seperti kobaran api yang siap menelan semua bahan bakar yang diberikan. Semuanya dilakukan tanpa sisa. Kalau pun ada, pasti yang ada hanya akan menyisakan seonggok abu dan arang.
Sebuah realita yang cukup memprihatinkan. Kebanyakan dari kita telah menjadi hamba perut yang hidupnya seakan hanya untuk makan dan mencari kesenangan dengan mengabaikan tuntutan Ilahi. Manusia yang menjadi hamba perut biasanya identik dengan kekikiran. Harta bendanya tidak boleh susut sedikit pun, serba penuh dengan perhitungan dan rincian penjumlahan. Tak boleh ada kata pengurangan dari kamus hidupnya.
*miris
Rasulullah
pernah bersabda, "Seandainya
anak manusia itu memiliki dua lembah emas, tentu ia akan menginginkan yang
kedua.."
Keserakahan
timbul akibat takut kehilangan sesuatu yang dimilikinya dan kecintaannya
terhadap dunia yang berlebihan. Bagi setiap manusia yang berakal sehat, pasti akan
memahami bahwa kehidupan yang matrealistis tidak akan pernah menghadirkan
kecukupan dalam pencariannya tentang dunia. Sebab meneguk harta dunia ibarat meminum
air asin, semakin banyak menelannya maka semakin haus kita dibuatnya. Namun sayangnya,
terkadang manusia yang dibekali akal dengan sebegitu sempurnanya pun masih saja
lebih cenderung mengedepankan nafsu dunianya dari pada logika.
Hmmph... Jika
miris membayangkannya, dan seketika takut pada-Nya, tidak perlu lantas memohon
kepada-Nya untuk tidak diberikan lembah emas! :D
Ya, cara terbaiknya
adalah bagaimana kita terus menghiasi lembah itu dengan doa-doa kebaikan! :)
Semoga jika
berkesempatan bisa memilikinya dapat menjadi perantara bagi kecukupan sesama.
Semoga senantiasa diingatkan bahwa ketamakan yang diizinkan hanya ketamakan
dalam beribadah. Semoga dalam kelimpahan selalu teriringi syukur dan dalam
alpanya tertuai kesabaran. Dan semoga lembah-lembah itu tidak terbuat dari
keringat dan pengorbanan para saudara kita yang haknya kemudian terlupakan. Atas
ijin-Nya, semoga! :)
Manusia
tempat salah dan lupa. Diberi akal dan hati untuk memperbaiki dan mengingat.
Maka, ingatlah Dia..
:)
Harta, tahta, dan ilmu. Untuk ketiganya manusia tak pernah puas. Punya satu pengen dua, punya dua pengen tiga, begitu seterusnya.
BalasHapusHai, Adit! :D
HapusIyaaa sepakat. Tapi kalo maruk sama point yang ketiga (ilmu), yaaa ngga apa-apa. Asal disalurinnya bener, Insya Allah bermanfaat untuk kemaslahatan umat, he.. :)
Naudzubillahi min dzalik semoga kita bukan termasuk hamba harta ....nice post ;)
BalasHapusHai, bang Eko! :)
BalasHapusIyaaa mudah-mudahan kita tidak termasuk hamba perut, Aamiin Yaa Rabb.
Makasi kunjungannya, bang! :)
Kalau dunia ini memang palsu, kenapa uangnya harus asli?
BalasHapusHai, Miftah!
HapusWaaah kalo semuanya palsu jadi karbitan semuanya dong! :D
Palsu atau tidaknya itu semua tergantung dari sudut mana kita menyikapinya. Dan ngga semua yang ada di dunia ini palsu atau negatif, semua sudah ada takarannya masing-masing. Ada siang ada malam, ada atas ada bawah, ada besar ada kecil, ada hitam ada putih, dan juga ada palsu ada asli. Iyaa semuanya sudah pada tempatnya masing-masing.. :)
Demikian juga dengan uang sebagai alat transaksi pembayaran. Kalo 'ngga' ada pembeda antara yang asli dengan yang palsu, saya jamin manusia akan semakin SERAKAH.. :)