Jumat, 26 Juli 2013

Sebenar-benarnya Petasan


Bulan ramadhan cukup identik dengan acara sahur. Dan bahkan di sejumlah tempat partisipasi masyarakat sangat antusias untuk membantu membangunkan para warganya untuk ritual sakral macam ini. Bagi masyarakat di pedesaan seperti halnya di desa saya, para warga biasa melakukan ronda dengan berkeliling kampung sambil menabuhkan bunyi-bunyian sebagai petanda pengingat waktu sahur. Ritual ini biasa dilakukan oleh segerombolan bocah laki-laki dan para remaja.

Singkat cerita, dari awal ramadhan saya justru agak sedikit terganggu dengan ritual yang mereka lakukan. Bagaimana tidak, sebab jauh sebelum jam sahur tiba—pada umunya—mereka justru sudah mulai berheboh ria dengan segala bunyi-bunyian yang amat teramat membikin tidak nyaman pada saat jamnya orang tidur. Pukul 12 malam mereka sudah terbiasa beroperasi. Dan bunyi-bunyian yang mereka tabuhkan berlangsung selama berjam-jam. Jadi bisa dibayangkan bagaimana berisiknya.

Tidak hanya galon yang ditabuhkan. Bahkan dengan ‘kurang ajarnya’ tiang listrik yang terpangpang di pinggir jalan raya pun juga diturut-sertakan. Mereka terdiri dari segerombolan bocah dan para remaja yang sebegitu minatnya dengan ritual macam ini, sampai-sampai mereka membentuk formasi barisan pada saat sedang beroperasi. Dan ini sungguh mirip dengan sebuah pertunjukan seni drum band di malam hari. Atau bisa jadi ini adalah bentuk lain dari obsesi para bocah yang ingin menjadi pemain drum band profesional namun belum kesampaian! :D

Sehari, dua hari, tiga hari, dan bahkan hingga sepekan lamanya saya cukup bersabar dengan ketidaknyamanan kejadian di tengah malam belakang ini. Saya maklumi, dan mengganggapnya bahwa para bocah itu sedang menikmati dan ingin melakukan suatu hal yang—tolol—mereka anggap bermanfaat dalam momen istimewa ini. Ya, namanya juga anak kecil. Maklumi saja. Namun yang menjadi keheranan saya, justru alasan apa yang mendorong para remaja itu lebih memilih tindakan yang merugikan ini dari pada duduk bersila di masjid atau di kediaman masing-maing sambil melantunkan ayat-ayat-Nya. Hak asasi manusia? Ya tentu saja. Tak ada maksud menyamaratakan kehendak. Tapi hei, ada manusia-manusia lain yang juga ingin mendapatkan haknya, kan?

Setelah sepekan berlalu, Alhamdulillah hingar-bingar itu jarang saya temui. Mungkin saja bocah-bocah itu sudah lelah melakukan ritual menyebalkan macam itu. Namun praduga saya salah. Kembali musti berlapang dada untuk kesekian kalinya atas pola mereka. Dan kali ini tidak tanggung-tanggung ulah yang mereka perbuat. Ya, pesta mercon alias petasan. Dan ini bukan hanya sekedar petasan kamuflase seperti yang saya tuliskan beberapa hari yang lalu, ini sebenar-benarnya bunyi petasan. Ah, ledakannya sungguh menyebalkan! >_<

Ritual ini sukses berat membuat saya sering terjaga tengah malam. Seperti saat ini. Bagaimana tidak, bunyi ledakannya seakan-akan tepat berada di depan rumah. Tidak hanya sekali dua kali, ledakannya terjadi berkali-kali dan berlangsung selama berjam-jam. Entah siapa pelakunya. Namun yang pasti perbuatan manusia kalelawar ini sungguh mengganggu ketentraman orang. Bahkan ibu saja pun juga sering risih dengan bunyi ledakannya. Entahlah bagaimana dengan tetangga-tetangga sekitar.


Allah berfirman :

“Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh.” (QS. An-Nisa’ : 36)

Dari Abu Hurairah, Rasulullah pernah bersabda :

“Tidak akan masuk surga, orang yang tetanggganya tidak aman dari kejelekannya.” (HR. Muslim)

“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah dia mangganggu tetangganya. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia memuliakan tamunya. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia berkata baik atau diam.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)


Dalam Islam, seseorang dianjurkan untuk memuliakan tetangganya dan diharamkan untuk mengganggu tetangganya. Dalam hal ini Allah dan Rasul-Nya mengumpulkan antara targhib (dorongan) dan tarhib (ancaman), agar setiap muslim dan muslimah memperhatikan hak-hak tetanggganya. Dari sisi targhib, Allah dan Rasul-Nya mengabarkan bahwa berbuat baik kepada tetangga merupakan tanda kesempurnaan iman dan termasuk diantaranya sebab terbesar masuknya seseorang ke dalam surga. Sementara dari sisi tarhib sebaliknya, dikabarkan bahwa orang yang mengganggu tetangganya tidak akan masuk surga dan hal itu menunjukkan kelemahan imannya kepada Allah dan hari akhir. Ini jelas bahwa perbuatan mengganggu tetangga merupakan dosa besar, sebab pelakunya diancam masuk neraka. Wallahu a’lam bishawab.

Konsekuensi dari berbuat baik kepada para tetangga adalah tidak berbuat atau bertindak semena-mena yang menyebabkan tetangga itu merasa terganggu atau teraniaya. Sehingga membutuhkan kejelian dan kehati-hatian dari masing-masing pihak untuk tidak berkata dan berbuat kecuali setelah dipertimbangkan dengan matang antara maslahat dan mudharatnya.

Ya, mudah-mudahan saja kita bisa menjadi hamba-Nya yang dapat memuliakan para tetangga dengan tidak mengusik ketentraman hidup orang lain. Mudah-mudahan selalu diberikan kesabaran di setiap ketidaknyaman yang orang lain ciptakan terhadap diri. Dan mudah-mudahan para manusia kalelawar itu juga diberikan kesadaran, bahwa ada manusia-manusia lain yang hak-haknya sudah terampas oleh kesemena-menaan atas tindakan yang mereka perbuat. Semoga saja. Aamiin.




---------
Hai diri, kau musti bersiap siaga untuk terjaga tengah malam demi menyambut bunyi ledakannya. Apakah kau siap?

Diri hanya menjawab, “Lalu mau apa lagi?”
#haaissh! (—_—“)a

2 komentar:

  1. Kalo saya pernah pas jalan pulang dari buka bersama, ada orang naik motor terus ngelempar petasan ke arah saya. Tadinya kirain itu puntung rokok, tapi tiba-tiba meletus-letus. Sejak itu jadi benci banget sama petasan, anak-anak yang main petas, dan bunyi-bunyi petasan.

    :|

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa mbak, intinya segala yang berbau petasan itu merugikan jika tidak pada tempatnya. Apalagi kalo sampai membuat orang lain tidak hanya terganggu, tapi juga ketakutan. Bagi para bandar petasan, mereka menganggapnya sebagai ladang rejeki. Sayang, pemikiran yang dangkal..huks! >,<


      Makasi sudah mampir dan komen. Salam kenal, mbak! :)

      Hapus

Hello!

Kamu Pengunjung Ke :

Rose Dian Jaianti. Diberdayakan oleh Blogger.

Paling Sering Dilihat

Welcome..

Hai, Selamat datang!

Selamat menikmati beragam gradasi warna yang dipancarkan oleh langit..


Resapi warnanya, nikmati pesonanya, dan tersenyumlah! :)

Selamat menikmati..
*\(^O^)/*

 

Gradasi Senyum Langit Design by Insight © 2009