Dalam
peradaban sejarah umat manusia, tidak ada seorang pun yang tidak pernah
mengalami masalah dalam hidupnya. Sangat bohong jika manusia tidak pernah
terpuruk karena merasa kehilangaan, perpisahan, kegagalan, kesedihan,
terabaikan, dan lain sebagainya.
Dalam
kondisi seperti ini, manusia sering kali terpuruk dalam menjalani hari-harinya.
Jangankan untuk bangkit, untuk tersenyum saja rasa-rasanya seperti mengangkat
beban 100 kg. Bahkan kata-kata motivasi untuk penyemangat pun tak ubahnya
seperti tong kosong yang berbunyi sangat nyaring.
Dulu
mungkin kita pernah berasumsi bahwa ketika sudah menjadi dewasa nanti, kita
akan lebih bisa menyelesaikan masalah. Nyata, semakin besar angka usia manusia,
justru semakin rumit saja jenis masalah yang harus dihadapinya.
Saat
masih berseragam putih abu-abu, mungkin masalah kita hanya berkutat pada
setumpukan tugas, praktikum, dan berbagai macam ulangan harian. Namun pada saat
ketika mengenakan seragam orang dewasa, kita akan terbiasa dihadapkan dengan
setumpukan deadline, presentasi, target
pendapatan, dan sebagainya.
Manusia
juga tidak mungkin terus-menerus berada dalam kondisi terpuruk. Bukankah bumi
itu berputar? Dan kehidupan itu juga memiliki siklus yang berganti. Layaknya
sebuah musim pancaroba yang kerap membuat orang kaget dengan pergantian suhu
ekstrim. Begitu juga dengan proses kehidupan. Dan dari musim pancaroba itu
semustinya kita menemukan sebuah obat untuk mengobati penyakit pergantian musim
kehidupan yang –mungkin– memilukan tadi.
Tidak
semua orang memiliki kualitas yang sama dalam menghadapi dan menaklukkan
masalah. Namun alangkah baiknya jika kita sudut pandangi masalah itu dari segi
positifnya. Bagi saya sendiri, masalah itu tak ayalnya seperti sebuah api yang
sedang memanaskan emas. Semakin panas emas itu dipanaskan, maka semakin murni
kualitas emasnya. Dengan adanya sebuah masalah tadi justru bukan untuk
melemahkan kita, namun sebaliknya, masalah lah yang dapat menjadikan pribadi
kita semakin menguat dan berkualitas. Sebab masalah adalah salah satu bukti
kehidupan dan menjadi jalan utama menuju kebijaksanaan –kalau kita mau belajar
darinya–! :)
Dunia
orang dewasa memang tak mudah dipahami seperti dunia kanak-kanak. Kehidupan
seperti sebuah gradasi warna, semakin tinggi semakin tegas dan gelap warnnya.
Namun saya juga tidak sepakat jika ada orang yang memilih hidup di area yang
gelap saja. Sebab kehidupan itu beragam warna, maka jadilah pelangi yang selalu
menghargai setiap warna kehidupan yang ada.
Dan
pada akhirnya, semua ini hanyalah perpaduan antara hati dan pikiran. Ini hanya
masalah keyakinan. Keyakinan akan sebuah janji kehidupan. Kehidupan ada bukan
karena sesuatu yang tiba-tiba, melainkan karena ada yang menciptakan. Apapun
dunia yang tercipta untuk kita jalani, pada akhirnya pasti akan bermuara pada
kebahagiaan jika kita mau belajar untuk peka.
Selalu
ada kemenangan di setiap labirin yang kita lalui. Tuhan tidak akan mungkin
menciptakan kehidupan yang menyedihkan. Semua akan baik-baik saja. Asal kita
yakin. Jangan pernah menyerah dan teruslah berjuang. Hadapilah setiap masalah
dengan penuh keyakinan bahwa pada akhirnya semua akan menjadi indah. Atas
ijin-Nya. Bismillah.. :)
-----
Hei, bagaimana denganmu, apa
kau sudah yakin semuanya akan baik-baik saja?
Tuhan memiliki cara
tersendiri untuk mendewasakan para hamba-hamba-Nya. Dengan penuh kekuatan, diri
meyakini dengan sangat akan bisa melewati setiap labirin saat musim pancaroba
tiba. Lagian kan sudah gede..
*\(^.~)/*
wah bingung nih mau komentar apa, soalnya postingannya tentang isi hati sih
BalasHapusjangan lupa kunjungi blog saya www.adityabayuwardana.blogspot.com
Hai, Adit. Terima kasih atas kunjungannya.
BalasHapusIyaaa terinspirasi dari curhat teman dekat.
Sejatinya masalah tidak hanya melibatkan hati saja, kan? Meski pada akhirnya adalah mengenai perpaduan antara hati dan fikiran manusia! :)
Sudah saya kunjungi blogmu. Monggo ditambah lagi postingannya.
Salam kenal.. :)
baca tulisannya jadi inget masa lalu..
BalasHapuswktu msh kecil pengen cepat" dewasa supaya ga mikirin pelajaran sekolah..
gitu dah dewasa malah tambah pusing dengan pembelajaran "pendewasaan"...
wkwkwkwkwk...
n_n
Hai, Surya!
BalasHapusIyaaa sepakat. Kadang kita sering ngga sabaran dengan waktu. Kalo momennya menyenangkan seakan ingin menahannya, tapi pas bagian ngga ngenakin justru ingin menyegerakannya. Manusia itu memang repot! :D
PRnya adalah, bagaimana kita bisa menikmati setiap musim yang kita hadapi saat ini dengan tidak menahannya dan tidak juga berkeinginan menyegerakannya.
Insya Allah, kuncinya adalah sabar, ikhlas, syukur. Gampang nulisnya, tapi agak sulit mengaplikasikannya.. :(