Hei,
Apapun pilihanmu, yang terpenting kau musti punya sikap, komiten dan tanggung
jawab atas apa-apa yang sudah terpilah. Termasuk konsekuensinya. Dan yang
terpenting, kau musti jujur bahwa semua yang kau lakukan adalah dengan niat
yang benar, tujuan yang baik, dan dengan cara yang baik pula.
Yakinlah,
hanya Tuhan Semesta Alam yang paling tahu mengenai apa-apa yang terbaik untuk
para hamba-Nya. Lalu, ketika kau memiliki rencana yang diyakini juga baik,
lantas kenapa tidak disegerakan dan diperjuangkan dengan sungguh-sungguh?
Baiklah,
aku turut berdoa untukmu. Semoga saja apa-apa yang sudah kau rencanakan bisa
sama seperti apa yang Dia rencanakan, atas ijin-Nya. Sebab kau tidak akan
pernah tahu akan hal itu. Termasuk juga aku. Yang hanya perlu kau -dan mungkin juga aku- harus tahu adalah bagaimana mengikhtiarkan semua itu dengan
sebaik-baiknya dan dengan doa-doa terbaik, kemudian bertawakal. Ya, sebab Dia
sesuai dengan prasangka para hamba-Nya. Lalu bagaimana, kau sudah tak takut
lagi kan untuk mendengarkan bunyi petasan yang mereka nyalakan?
"Mintalah kepada Allah akan kemurahan-Nya, karena
sesungguhnya Allah senang apabila dimintai (sesuatu)."
[HR. Tirmidzi dari
Ibnu Mas'ud]
Diri hanya
menjawab, "Terima kasih untuk segala petuahmu, jiwa. Mungkin yang aku
butuhkan saat ini hanya cukup bersiap-siap sambil menutup telinga rapat-rapat
untuk segera mendengarkan bunyi ledakannya.."
--------------
AH, KAU PAYAH !!
soal tulisannya sih udah banyak yang bilang bagus.
BalasHapustapi bener ga sih kalo mbaknya lagi galau ?
oh iya, met buka puasa ya yan...
Hai, kak Daffy. Makasi sudah komen.
HapusIyaaaa kalo galau dalam kebaikan, ngga apa-apa, kan? Bukan kah galau sendiri merupakan sebuah proses bagaimana manusia akan naik kelas?-hehe:p
Met buka puasa kembali pada jam buka puasa nanti :D
tapi ngomong2 soal buka, mbak bukanya pake apa ?
BalasHapuskalo saya sih mbak, pake yang manis2 dulu.
Sunnahnya sih emang yang manis-manis. Tapi gimana ya, berhubung saya sudah terlanjur manis jadi ya sedikit agak mengurangi yang manis-manis, maklum takut diabet pak!
Hapus*preeeet! :D
galau dalam kebaikan ?
BalasHapusya ampun yan lo jago banget ngelesnya....
puasanya gimana yan, masih lancar ?
Saya jujur situ protes, saya bohong situ juga protes. Hadeeeeh! >.<
HapusAlhamdulillaaah lancar..
Lain kali jangan cerewet!;p
maafin gw yan, gw ga ada maksud kaya gitu.
BalasHapustapi jujur sih lo itu emang manis.
*muntah
Masya Allah. Sungguh ironis sekali, bung! :D
Hapussekali lagi saya tidak bermaksud seperti itu.
BalasHapusmaafkan saya.
Nyantai bro, jangan terlalu didramatisir! :D
Hapusgw cuman takut kalo itu pergi yan.
BalasHapus*lalu hening
Ngemeng epe toh iki.. >_<
Hapusah ga bisa di ajak romantis lo yan... ga seru !
BalasHapusharusnya tu lo jawab gini, "aku ga akan pernah pergi kak", ato lo ngomong kaya gini, "jangan ucapkan kata2 itu lagi. aku akan selalu bersamamu".... ato apalah yang romantis dikit.
malah "ngemeng epe toh iki". Aaargh... males gw !!
*banting topi
Ah, bersik! >_<
HapusAah.. memang mungkin , wanita ahli dalam merangkai kata dan meniti tiap jengkal kalimat. Memang kadang , wanita lebih mahir dalam setiap kata. Itulah kenapa mungkin wanita di sebut kaum "hawa". Namun, ada kalanya setiap kata yang terukir bermakna berbeda dari setiap orang.
BalasHapuskalanya, penulis bermaksud untuk menuju ke bagian A. nyatanya, para pembaca lebih ke arah bagian B, itulah sebabnya, kita musti paham betul "siapa" pembaca tulisan kita... :)
Hai, terima kasih sudah komen.
HapusSaya menulis karena ingin menulis. Tak peduli siapa dan berapa banyak orang yang akan membaca catatan saya. Egoisnya, untuk saat ini saya hanya menulis untuk menuangkan apa saja yang berkecamuk dalam benak. Itu saja, ngga lebih! :)
Hei, bukankan semesta ini penuh tafsir? Tak usah bingung, maka mari sama-sama belajar untuk peka! :)
Terima kasih atas kunjungannya, ki sanak! :)