Jumat, 16 November 2012

Sebuah Catatan Kecil Tentang Kenangan Bersama Anak Spesial, Baim Namanya.

Orang tua mana yang tidak menginginkan anak-anaknya lahir dalam keadaan sempurna? Saudara mana yang tidak ingin melihat saudara sedarahnya tumbuh dan menjadi besar layaknya anak-anak normal pada umumnya?"
         Pertanyaan ini akan muncul jika telah dihadapkan dengan situasi dan kondisi dimana kita sudah menjamahnya, terlebih sudah cukup akrab lengkap dengan setting kronologinya. Entah mungkin ternyana dari sebuah novel, sebuah film, atau sebuah realita sesungguhnya yang berangkat dari sebuah pengalaman yang tak dinyana tadi, yang akan memetik sebuah nilai kehidupan untuk mengenalkan bagaimana kebahagiaan itu dapat lahir dari hati orang-orang yang memiliki cinta yang tulus, dan ini bukan hedonisme. Ini hanya bukti dari sketsa hidup bahwa kebahagiaan itu sangatlah mudah; tanpa tedeng aling-aling materi atau glamouritas, cukup hanya dengan rasa syukur. Perlu digaris bawahi, jika kita mau!


--------------------------------

Berawal pada saat salah seorang teman mengajak untuk sekedar mencandu alam di ketiak desa tetangganya. Ini adalah kali pertama kami bertemu dengan anak luar biasa di desa itu. BAIM namanya. Iya, jagoan kecil yang sangat lugu karena keterbatasannya. Dia mengalami keterlambatan dalam berbicara atau berbahasa. Komunikasi yang sering ia lakukan adalah dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dituntaskannya dalam jangka waktu yang tidak begitu lama. Bahkan untuk berinteraksi dengan kontak mata pun hanya bertahan kurang dari 10 detik. Tak ada respon ketika ada lawan bicara yang mengajaknya untuk berkomunikasi. Dia begitu pasif dan amat sensitif. Terlahir sebagai salah seorang anak autis yang mungkin kurang begitu mengerti, atau bahkan paham atas lingkungan sekitarnya. Namun bukan berarti dia tidak peka. Justru dia sangat peka, dia memiliki rasa kepekaan yang lebih dari manusia normal lainnya. Kepekaan yang terlahir dari sebuah hati yang tak perlu dipertanyakan lagi mengenai seberapa besar rasa tulus yang ia miliki.

Karena alasan rindu, maka di kesempatan berikutnya saya putuskan memberanikan seorang diri untuk menyambangi dan mengendus lagi aroma alam pedesaan dimana anak spesial itu tinggal. Seperti biasa, tepi sungai memang menjadi tujuan utama setibanya di desa. Ada kenangan hangat yang menyapa di pojok tepi sungai yang sempat tersinggahi. Teringat jelas bagaimana hiruk-pikuk masyarakat sekitar pada saat dimana mereka sedang asyik mencuci, membersihkan badan, berinteraksi satu sama lain, lalu serempak melontarkan tawa lepasnya yang seakan tak pernah nampak rentetan beban hidup yang mengganduli jiwa mereka. Yaa beginilah karakter masyarakat desa, mereka cenderung lebih ramah, jauh lebih terbuka, murah senyum, apa adanya, ketimbang perwatakan orang-orang kota yang nampak songong bin arogan dengan segala kepiawainnya. Memang tidak semua perwatakan orang kota demikian, namun akan teramini jika kata mayoritas selalu lekat di dalamnya.

Di tepi sungai di bawah pohon, ruh ini terasa hanyut menyaksikan kebahagiaan yang terlahir dari para hati orang-orang yang memilki cinta tulus tepat di depan kedua bola mata. Seperti sebuah magnet, seakan memiliki daya tarik yang sangat kuat, yang memaksa untuk mengajak melebur ke dalam perasaan lepas tanpa syarat. Tersenyum, bahagia, dan dibuatnya menetes seketika. Sebuah kejujuran yang tak malu untuk terakui karena lahirnya sebuah ketulusan yang dibingkai dengan keapa-adaanya. Waktu berlalu, dan sebuah bayangan kecil mendekat, dekat menyamping memadaniku. Ia menepuk pundakku dan mengulurkan kedua tangannya seraya ingin merangkul.

Ternyata, sesosok bayangan kecil yang berdiri tepat disampingku adalah si jagoan Baim yang hadirnya ku nanti sedari tadi. Ku dekati dia, dan ku peluk erat-erat tubuh mungilnya. Andai kalian tahu, rasa-rasanya seperti sebuah cinta yang berbalas; indah! Jika ditanya mengenai kelebihan yang dimilikinya dibandingkan dengan anak-anak berkebutuhan khusus lain diluar sana, maka tegas jawabannya adalah sama. Setiap anak tercipta dengan dunianya yang sempurna, tanpa terkecuali dengan anak berkebutuhan khusus. Mereka juga berhak untuk bahagia dengan caranya masing-masing. Andai tercipta sebuah kesadaran tanpa musti diminta, bahwa kehadiran mereka bukan untuk disandingkan, diperolok, atau bahkan dikucilkan dari dunianya orang-orang normal. Andai saja kata andai tak sebatas pengandaian.

Mereka yang berkebutuhan khusus mungkin tidak sadar akan kekurangan yang dimiliki, yang menjadikannya seorang anak spesial. Mereka mungkin tidak paham akan perbedaan yang dimiliki, sehingga membuatnya menjadi anak yang lebih dari pada anak-anak normal pada umumnya. Yang mereka tahu adalah bagaimana membuat dirinya nyaman dengan caranya, meski terkadang membuat aneh sudut pandang orang-orang disekitarnya. Yang mereka tahu adalah bagaimana membuat dirinya merasa bahagia dengan dunia yang mereka ciptakan, meski mereka sendiri tak sadar sudah berapa banyak orang di sekelilingnya yang merasa bahagia dibuatnya. Dan itu alasan mengapa si jagoan Baim menjadi spesial di mata saya.

Terima kasih telah mengajarkan bahagia dengan cara sederhana yang dibingkai dengan semangat ketulusan. Kali ini saya diajarkan lagi pada seikhlas-ikhlasnya sebuah penerimaan. Bahwa hidup musti dijalani dengan rasa syukur dan berusaha menanamkan kesabaran di tiap jalannya. Terima kasih telah membukakan mata lebar-lebar, bahwa tak ada pembatas antara yang normal maupun yang berkebutuhan khusus, semuanya berhak untuk bahagia dengan caranya masing-masing. Jika masih diberikan kesempatan, suatu saat nanti akan saya tagih kembali senyum lepas itu sambil bergandengan tangan. Terima kasih jagoan! :)

--------------------------------

 


"Bahwa tak ada pembatas antara yang normal maupun yang berkebutuhan khusus, semuanya berhak untuk bahagia dengan caranya masing-masing."
                - Rose Dian jaianti -

6 komentar:

  1. Bahasa penyampaian yang sederhana dgn kisah yang tidak sederhana... Smoga bs bertemu kembali dgn jagoan spesial itu...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin...Insya Allah semoga. Terima kasih Angga sudah sedia mampir, salam kenal :)

      Hapus
  2. anak-anak seperti itu pasti memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain

    BalasHapus
  3. Hai, terima kasih atas kunjungannya!
    Iyaa benar sekali, itu kenapa mereka disebut anak spesial :)

    Salam kenal yaa :)

    BalasHapus
  4. setuju dengan mba, kebahagiaan itu milik semuanya ya..tidak ada pembatas apapun..pasti senang dan bahagia melihat tawa mereka :)

    BalasHapus
  5. Hai, Danni.
    Iyaaa sepakat. Kebahagiaan milik siapapun tanpa terkecuali. Sangat amat teramat bahagia melihat kepolosannya, he.

    Salam kenal yaa Dan! :)

    BalasHapus

Hello!

Kamu Pengunjung Ke :

Rose Dian Jaianti. Diberdayakan oleh Blogger.

Paling Sering Dilihat

Welcome..

Hai, Selamat datang!

Selamat menikmati beragam gradasi warna yang dipancarkan oleh langit..


Resapi warnanya, nikmati pesonanya, dan tersenyumlah! :)

Selamat menikmati..
*\(^O^)/*

 

Gradasi Senyum Langit Design by Insight © 2009