“Orang tua mana yang tidak menginginkan anak-anaknya lahir dalam keadaan sempurna? Saudara mana yang tidak ingin melihat saudara sedarahnya tumbuh dan menjadi besar layaknya anak-anak normal pada umumnya?"
Pertanyaan ini akan muncul jika telah dihadapkan dengan situasi dan kondisi
dimana kita sudah menjamahnya, terlebih sudah cukup akrab lengkap dengan
setting kronologinya. Entah mungkin ternyana dari sebuah novel, sebuah film,
atau sebuah realita sesungguhnya yang berangkat dari sebuah pengalaman yang tak
dinyana tadi, yang akan memetik sebuah nilai kehidupan untuk mengenalkan
bagaimana kebahagiaan itu dapat lahir dari hati orang-orang yang memiliki cinta
yang tulus, dan ini bukan hedonisme. Ini hanya bukti dari sketsa hidup bahwa
kebahagiaan itu sangatlah mudah; tanpa tedeng aling-aling materi atau
glamouritas, cukup hanya dengan rasa syukur. Perlu digaris bawahi, jika kita
mau!
--------------------------------
Berawal
pada saat salah seorang teman mengajak untuk sekedar mencandu alam di ketiak
desa tetangganya. Ini adalah kali pertama kami bertemu dengan anak luar biasa
di desa itu. BAIM namanya. Iya, jagoan kecil yang sangat lugu karena
keterbatasannya. Dia mengalami keterlambatan dalam berbicara atau berbahasa.
Komunikasi yang sering ia lakukan adalah dengan menggunakan bahasa tubuh dan
hanya dituntaskannya dalam jangka waktu yang tidak begitu lama. Bahkan untuk
berinteraksi dengan kontak mata pun hanya bertahan kurang dari 10 detik. Tak
ada respon ketika ada lawan bicara yang mengajaknya untuk berkomunikasi. Dia
begitu pasif dan amat sensitif. Terlahir sebagai salah seorang anak autis yang
mungkin kurang begitu mengerti, atau bahkan paham atas lingkungan sekitarnya.
Namun bukan berarti dia tidak peka. Justru dia sangat peka, dia memiliki rasa
kepekaan yang lebih dari manusia normal lainnya. Kepekaan yang terlahir dari
sebuah hati yang tak perlu dipertanyakan lagi mengenai seberapa besar rasa
tulus yang ia miliki.
Karena
alasan rindu, maka di kesempatan berikutnya saya putuskan memberanikan seorang
diri untuk menyambangi dan mengendus lagi aroma alam pedesaan dimana anak
spesial itu tinggal. Seperti biasa, tepi sungai memang menjadi tujuan utama
setibanya di desa. Ada kenangan hangat yang menyapa di pojok tepi sungai yang
sempat tersinggahi. Teringat jelas bagaimana hiruk-pikuk masyarakat sekitar
pada saat dimana mereka sedang asyik mencuci, membersihkan badan, berinteraksi
satu sama lain, lalu serempak melontarkan tawa lepasnya yang seakan tak pernah
nampak rentetan beban hidup yang mengganduli jiwa mereka. Yaa beginilah
karakter masyarakat desa, mereka cenderung lebih ramah, jauh lebih terbuka,
murah senyum, apa adanya, ketimbang perwatakan orang-orang kota yang nampak
songong bin arogan dengan segala kepiawainnya. Memang tidak semua perwatakan
orang kota demikian, namun akan teramini jika kata mayoritas selalu lekat di
dalamnya.
Di tepi
sungai di bawah pohon, ruh ini terasa hanyut menyaksikan kebahagiaan yang
terlahir dari para hati orang-orang yang memilki cinta tulus tepat di depan
kedua bola mata. Seperti sebuah magnet, seakan memiliki daya tarik yang sangat
kuat, yang memaksa untuk mengajak melebur ke dalam perasaan lepas tanpa syarat.
Tersenyum, bahagia, dan dibuatnya menetes seketika. Sebuah kejujuran yang tak
malu untuk terakui karena lahirnya sebuah ketulusan yang dibingkai dengan
keapa-adaanya. Waktu berlalu, dan sebuah bayangan kecil mendekat, dekat
menyamping memadaniku. Ia menepuk pundakku dan mengulurkan kedua tangannya
seraya ingin merangkul.
Ternyata,
sesosok bayangan kecil yang berdiri tepat disampingku adalah si jagoan Baim
yang hadirnya ku nanti sedari tadi. Ku dekati dia, dan ku peluk erat-erat tubuh
mungilnya. Andai kalian tahu, rasa-rasanya seperti sebuah cinta yang berbalas;
indah! Jika ditanya mengenai kelebihan yang dimilikinya dibandingkan dengan
anak-anak berkebutuhan khusus lain diluar sana, maka tegas jawabannya adalah
sama. Setiap anak tercipta dengan dunianya yang sempurna, tanpa terkecuali
dengan anak berkebutuhan khusus. Mereka juga berhak untuk bahagia dengan
caranya masing-masing. Andai tercipta sebuah kesadaran tanpa musti diminta,
bahwa kehadiran mereka bukan untuk disandingkan, diperolok, atau bahkan
dikucilkan dari dunianya orang-orang normal. Andai saja kata andai tak sebatas
pengandaian.
Mereka
yang berkebutuhan khusus mungkin tidak sadar akan kekurangan yang dimiliki,
yang menjadikannya seorang anak spesial. Mereka mungkin tidak paham akan
perbedaan yang dimiliki, sehingga membuatnya menjadi anak yang lebih dari pada
anak-anak normal pada umumnya. Yang mereka tahu adalah bagaimana membuat
dirinya nyaman dengan caranya, meski terkadang membuat aneh sudut pandang
orang-orang disekitarnya. Yang mereka tahu adalah bagaimana membuat dirinya
merasa bahagia dengan dunia yang mereka ciptakan, meski mereka sendiri tak
sadar sudah berapa banyak orang di sekelilingnya yang merasa bahagia dibuatnya.
Dan itu alasan mengapa si jagoan Baim menjadi spesial di mata saya.
Terima
kasih telah mengajarkan bahagia dengan cara sederhana yang dibingkai dengan
semangat ketulusan. Kali ini saya diajarkan lagi pada seikhlas-ikhlasnya sebuah
penerimaan. Bahwa hidup musti dijalani dengan rasa syukur dan berusaha
menanamkan kesabaran di tiap jalannya. Terima kasih telah membukakan mata lebar-lebar,
bahwa tak ada pembatas antara yang normal maupun yang berkebutuhan khusus,
semuanya berhak untuk bahagia dengan caranya masing-masing. Jika masih
diberikan kesempatan, suatu saat nanti akan saya tagih kembali senyum lepas itu
sambil bergandengan tangan. Terima kasih jagoan! :)
--------------------------------
"Bahwa
tak ada pembatas antara yang normal maupun yang berkebutuhan khusus, semuanya
berhak untuk bahagia dengan caranya masing-masing."
- Rose Dian jaianti -
Bahasa penyampaian yang sederhana dgn kisah yang tidak sederhana... Smoga bs bertemu kembali dgn jagoan spesial itu...
BalasHapusAamiin...Insya Allah semoga. Terima kasih Angga sudah sedia mampir, salam kenal :)
Hapusanak-anak seperti itu pasti memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain
BalasHapusHai, terima kasih atas kunjungannya!
BalasHapusIyaa benar sekali, itu kenapa mereka disebut anak spesial :)
Salam kenal yaa :)
setuju dengan mba, kebahagiaan itu milik semuanya ya..tidak ada pembatas apapun..pasti senang dan bahagia melihat tawa mereka :)
BalasHapusHai, Danni.
BalasHapusIyaaa sepakat. Kebahagiaan milik siapapun tanpa terkecuali. Sangat amat teramat bahagia melihat kepolosannya, he.
Salam kenal yaa Dan! :)