“Bahwa hidup itu sekedar bertamu, dan ruh
adalah pinjaman. Tamu pastilah akan pulang, dan pinjaman itu haruslah
dikembalikan..”
-Rose Dian Jaianti-
"Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar..
Laa
Ilaaha Ilallahu Wallahu Akbar..
Allahu Akbar Wa Lillahil-hamd.."
Suara
takbiran telah di kumandangkan oleh seluruh umat muslim di seluruh penjuru
belahan bumi. Tak terasa sudah sebulan kita telah menunaikan ibadah puasa di
bulan suci ramadhan. Melakukan berbagai kewajiban dan sunah-sunah mulia-Nya yang tidak biasa kita lakukan
di bulan-bulan biasa, seperti; puasa, membayar zakat, shalat tarawih, tadarusan, sahur, dan lain
sebagainya. Dan kini, hari kemenangan telah tiba. Ada perasaan haru, bahagia,
juga bercampur sedikit sedih didalamnya.
Sedih,
sebab mau-tidak-mau kita akan berpisah dan musti meninggalkan bulan suci yang
penuh keberkahan ini. Sedikit terlintas dalam benak, bagaimana jika seandainya
saja ramadhan kali ini adalah ramadhan terakhir kita. Apakah segala amal ibadah
yang sudah dilakukan selama ini sudah dapat memberatkan timbangan kita di hari
kemudian nanti? Apakah bonus yang diberikan-Nya pada kita untuk menunaikan
ibadah di bulan suci kemarin dapat sedikit memberikan tambahan pahala kebaikan?
Apakah Allah telah memberikan keridhoan-Nya pada kita? Apakah mungkin kita telah
dapat meraih sebenar-benarnya hakikat dari fitrah itu sendiri, sementara kita
enggan untuk mencapainya? Mungkin benar adanya, jika yang telah berbuat baik dan
mengerjakan amal sahalih saja belum tentu mendapatkan keridhoan-Nya, apalagi
yang enggan mengerjakannya. Astaqfirullaaah...ini sebuah camukan bagi kita
semua.
Namun
di lain sisi, perasaan bahagia jelas dapat kita rasakan karena masih diberikan
kesempatan oleh-Nya untuk dapat meraih hari kemenangan. Kebahagiaan ini juga
menyelimuti mereka-mereka yang sedang asyik berkumpul dengan sanak keluarga,
terutama orang-orang terkasih seperti halnya; orang tua, pasangan hidup, juga
buah hati mereka. Lalu bagaimana jika di malam takbiran kali ini kalian diselimuti oleh
perasaan rindu terhadap orang-orang yang paling kalian sayangi dan
keberadaannya sudah tidak ada lagi di semesta alam ini? Ya, satu-satunya cara
adalah ‘bersyukur’ karena kalian masih diberikan kesempatan untuk bernafas
hingga detik ini. Karena dengan bersyukur pula, setidaknya kalian dapat terus
mendoakan orang yang kalian sayangi tersebut agar selalu mendapatkan tempat
terbaik di sisi-Nya (Insya Allah). Terutama jika orang yang telah tiada itu
adalah orang tua kalian. Karena dengan mendoakannya adalah salah satu cara anak
shalih untuk terus mengabdi kepada orang tuanya yang sudah tidak ada lagi di semesta
alam ini.
Hal serupa
juga saya rasakan. Pada malam ini, malam dimana seluruh umat Nabi Muhammad SAW menggemakan
takbir kemenangan, rasa itu kembali memuncah. Merasakan kerinduan yang amat
teramat kepada alm. Bapak. Lebaran kali ini adalah kali kedua saya lewatinya
tanpa keberadaa beliau. Tidak ada lagi suara deringan telephon di hari lebaran
esok saat beliau menjalankan tugas negara sebagai juru mudi kapal. Atau, ketika
Allah memberikan kesempatan kami untuk berkumpul bersama pada hari lebaran;
shalat ied bersama, makan bersama, dan mengunjungi sanak saudara bersama. Semuanya
tidak bisa dirasakan lagi. Dan berubah menjadi agenda wajib untuk berziarah ke
makamnya saat lebaran esok tiba.
Saya
bersyukur karena diberikan kesempatan untuk melewati ramadhan kali ini. Karena dengan
begitu, Allah memberikan kesempatan saya untuk terus mendoakannya selama nafas
ini berhembus. Dan lewat skenario-Nya pula saya belajar banyak hal mengenai
hidup. Bahwa hidup itu sekedar bertamu, dan ruh adalah pinjaman. Tamu pastilah
akan pulang, dan pinjaman itu haruslah dikembalikan. Dan ketika semuanya telah dikembalikan
kepada-Nya, hanya amal kebaikan adalah satu-satunya investasi untuk bekal kehidupan
di akhirat kelak.
Bersyukurlah,
ketika orang tua yang kalian sayangi masih dapat kalian sentuh. Namun jika pada
kesempatan hari raya kali ini kalian belum dapat berkumpul dengan mereka lantaran
berbagai kepentingan, jika masih dimungkinkan, maka pulanglah. Pulanglah, genggamlah tangan
kedua orang tua kalian, karena kalian tidak akan pernah tahu apakah besok
kalian dapat merasakan kehangatan genggamannya. Pulanglah, katakan bahwa ‘Kalian
Amat Menyayangi Mereka’, karena kalian tidak akan pernah tahu apakah besok
kalian sempat mengucapkannya sebelum mereka pergi meninggalkan kalian. Pulanglah,
buatlah mereka tersenyum pada kalian, karena kalian tidak akan pernah tahu
apakah besok kalian sempat melihatnya tersenyum bangga pada kalian. Pulanglah,
minta maaflah, karena kalian tidak akan pernah tahu bahwa semuanya sudah
terlambat untuk kalian mendapatkan maaf dari mereka. Bagaimana pun skenario
yang terjadi dalam hidup kalian, maka pulanglah dan peluklah mereka selagi
kalian dapat merasakan nafas dan hangatnya mereka.. :)
Dan lewat kesempatan
kali ini, saya juga ingin mengucapkan selamat hari raya idul fitrih 1434 H.
Minal ‘aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin. Maaf-maaf jika ada
salah selama ini, baik yang disengaja atau sebaliknya. Semoga setiap amalan yang kita kerjakan semata-mata
karena-Nya, dapat diterima oleh-Nya, dan kita semua mendapatkan keberkahan di
dalamnya. Aamiin.
-------
Taqabalallahu wa minna wa
minkum, Bapak.
Selamat bertemu dalam mimpi
pada malam jelang hari kemenangan seperti biasanya.. :)
Sudah saya titipkan rindunya pada langit, dan esok akan saya tunggu balasannya pada gradasi senyumannya.. :)
Taqabbalallahu minna waminkum
BalasHapusSelamat Hari Raya Idul Fitri, 1 Syawal 1434 H.
Mohon Maaf lahir dan bathin
Salam wisata
Iyaa sebaliknya. Minal ‘aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin.
HapusTerima kasih atas kunjungan dan komennya.. :)
Salam backpacker! :D